Dengan Menerima ‘Ruas Buku’ bagi Masyarakat Luas sebagai Perihal Diri Sendiri, di Gereja Pusat Tenrikyo Telah Dilaksanakan Sembahyang Khusus

*’ruas buku’ adalah metafora untuk situasi menantang yang kita hadapi.

 

Pada tgl. 5 Januari telah dilaksanakan sembahyang khusus di Gereja Pusat Tenrikyo

Sembahyang khusus ini tujuannya tidak lain untuk memohon kembali meredamnya perluasan infeksi Covid-19 dan penyembuhan untuk orang yang terkena dampaknya. Di samping itu, sembahyang khusus kali ini menjadi kesempatan yang baik bagi pengikut jalan keimanan ini untuk mengingat kembali makna mengapa kita memohon berkah perlindungan Tuhan Orangtua dengan saling menyatupadukan hati. Adapun sembahyang khusus ini, sejak bulan April tahun lalu, dilaksanakan di Gereja Pusat Tenrikyo pada tanggal 1 setiap bulan mulai dari pukul 12:00 siang.

Sebagai upaya pencegahan untuk mengurangi perluasan penyebaran infeksi Covid-19, jumlah umat yang berpartisipasi dalam gedung Gereja Pusat pun dibatasi dan di halaman di depan Tempat Sembahyang Selatan disediakan sejumlah kursi pipa.

Pada pukul 12:00 siang, Bapak Daisuke Nakayama beserta Bapak Zensuke Nakata, Kepala Jawatan Administrasi Tenrikyo, naik ke tempat ibadah. Lalu sembahyang khusus pun dimulai dengan Hyoshigi yang dimainkan oleh Bapak Daisuke Nakayama dan Kazutori (tali penghitung) yang dipegang oleh Bapak Zensuke Nakata.

 

Sebelum sembahyang dimulai, Kepala Jawatan Administrasi Tenrikyo, Zensuke Nakata memberikan sambutan.

Pada awal sambutannya, Bapak Nakata menyatakan, “Setelah melewati pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun ini, dalam kondisi yang mencemaskan selama ini, kita selalu mendambakan sesuatu yang mampu menghentikan pandemi Covid-19, tapi di antara kita tidak ada yang tahu bahwa setelah pandemi ini bisa berakhir, apakah kehidupan kita akan kembali normal seperti sedia kala dan masyarakat kita akan menjadi seperti apa.”

Lalu dilanjutkan, “Pada masa Perang Dunia II, Tenrikyo terpaksa menerima berbagai pembatasan. Tetapi, seusai Perang Dunia II, Shinbashira II segera mendeklarasikan ‘Restorasi’ untuk kembali ke ajaran Oyasama yang sejati. Perang memang merupakan masalah besar atau ‘ruas buku’ besar bagi dunia. Tetapi, dengan mendeklarasikan ‘Restorasi,’ Shinbashira II mengharapkan agar para pengikut Tenrikyo pada masa itu menerima ‘ruas buku’ itu sebagai ‘ruas buku’ yang dinyatakan pada diri mereka masing-masing, sehingga dengan memegang ajaran Oyasama mereka dapat menganggapnya sebagai kesempatan untuk pendewasaan hati dan tetap melangkah maju di Jalan Penyelamatan Setulus Hati.”

Sama halnya dengan itu, dinyatakannya, pandemi Covid-19 juga merupakan ‘ruas buku’ besar bagi masyarakat luas, tetapi patut dianggap sebagai ‘ruas buku’ yang besar yang menuntut kita agar maju dalam pendewasaan hati. Lalu dengan mengutip ayat Ofudesaki,

 

Selanjutnya seluruh dunia akan Ku-turun,

Semuanya kearah kehidupan penuh keriang-gembiraan

Ofudesaki, X-103

Anggaplah setiap tahap dari keadaan jalur jalan ini,

Semuanya sebagai perihalmu sendiri.

Dan renungkanlah itu baik-baik!

Ofudesaki, X-104

Bapak Nakata menekankan, “Kehidupan Riang Gembira tidak datang dengan sendirinya kepada kita, melainkan akan terwujud melalui usaha kita untuk mencarinya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa mulai dari kita, yang hadir pada hari ini perlu menerima ‘ruas buku’ berupa petaka Covid-19 ini sebagai perihal diri kita sendiri dan harus tetap melangkah maju dalam usaha pendewasaan hati. Dengan demikian, kiranya, barulah kita akan dapat menerima berkah berupa berakhirnya petaka yang merisaukan kita pada saat ini.” Dan Bapak Nakata menutup sambutannya dengan mengajak, “Marilah kita bersama-sama berikrar akan hal ini dan bersama-sama menjalankan sembahyang khusus hari ini dengan sepenuh hati.”